TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN ANAK USIA DINI

0
92

Semua anak di dunia ini dari kalangan manapun mereka berasal, pasti gemar bermain. Berrmain merupakan sesuatuaktivitas yang khas dan sangat berbeda dengan aktivitas lain seperti berkerja yang selalu dilakukan orang dewasa dalam rangka mencapai suatu hasi akhir. Pengetahuan tentang teori belajar dan pembelajaran bagi anak usia dini bermanfaat tidak tidak saja bagi guru pada lembaga PAUD, tetapi juga bermanfaat bagi para orang Depo 25 Bonus 25 TO kecil
tua dan orang dewasa lainnya yang memiliki tanggung jawab dalam membelajarkan anaknya dimanapun dan kapanpun.

Pembelajaran pada Pendidikan Anak Usia Dini.

Kegiatan pembelajaran pada anak usia dini pada hakikatnya adalah pengembangan kurikulum secara konkret berupa seperangkat rencana yang berisi sejumlah pengalaman belajar melalui bermain yang diberikan pada anak usia dini berdasarkan potensi dan tugas perkembangan yang harus dikuasai dalam rangka pencapaian kopetensi yang harus dimiliki oleh anak (Sujiono dan Sujiono,2007:206).

Periode Sensitif untuk Belajar

Anak dalam tumbuh kembangnya melewati “periode sensitif” yang merupakan ,masa awal untuk belajar. Periode dan kesempatan seperti ini tidak akan datang untuk kedua kalinya. Selama periode sensitif, anak menjadi peka atau mudah terstimulasi oleh aspek-aspek yang berada dilingkungannya.

Montessori telah menandai bahwa anak-anak tumbuh dan berkembang melalui sejumlah tahapan berupa ketertarikan dan keingintahuan terhadap sesuatu yang disebut sebagai “periode sensitif”, dimana mereka menjadi bangkit minatnya terhadap aspek-aspek tertentu dan lingkungannya.

Montessori dalam Seldin (2007:14-17) telah mengidentifikasikan beberapa perbeddaan dalm periode sensitif yang terjaddi dari mulai lahir sampai usia 6 tahun. Setiap perbedaan itu mengacu pada kecendrungan yang mendorong un tuk memperoleh karekter khusus. Contoh: pada masa-masa awal tahun pertama kehidupan anak, umumnya mereka berada dalam periode sensitif dalam bahasa. Mereka sangat perhatian pada apa yang diucapkan seseorang dan bagaimana cara orang mengucapkannya.

Setiap periode sensitif adalah khusus dan bersifat ‘mendesak-memaksa’, dan sekaligus memotivasi anak untuk fokus secara judi dadu online
sungguh-sungguh pada beberapa aspek tertentu pada lingkungannya, setiap harinya tanpa menjadi lelah atau bosan (Montessori dalam Seldin, 2007:15). Jelasnya, ini merupakan alamiah yang pasti pada anak,yang membantu mereka untuk mengembangkan keterampilan dan bakatnya merupakan bagian yang tak terpisahkan dengan faktor-faktor keturunan sebagai manusia.

Montessori dalam Seldin ( 2007:15) mengatakan masa ini merupakan “kesempatan yang terbatas”. Selama periode sensitif, anak dapat belajar sesuatu yang baru, memperbaiki keterampilan baru atau mengembangkan aspek kemampuan berpikir- otaknya tanpa “rasa sakit” dan hampir tanpa disadarinya. Bagaimanapun periode sensitif adalah sesuatu tanpa transisi,sekali anak telah menguasai keterampilan atau konsep yang telah diresapnya,periode sensitif terlihat lenyap, sehingga jika anak tidak diperlihatkan pada pengalaman stimulasi yang benar, kesempatan itu akan hilang begitu saja.

Makna Belajar melalui Bermain bagi Anak.

Menguti pernyataan Mayesty (1990:196-197) bagi seorang anak, bermain adalah kegiatan yang mereka lakukan sepanjang hari karena bagi anak bermain adalah hidup dan hidup adalah permainan. Anak usia dini tidak membedakan antara bermain, belajar dan berkerja. Anak-anak umumnya sangat menikmati permainan dan akan terus melakukannya dimanapun mereka memiliki kesempatan; sehingga bermain adalah salah satu cara anak usia dini belajar, karena melalui bermainlah anak belajar tentang apa yang ingin mereka ketahui dan pada akhirnya mampu mengenal semua peristiwa yang terjadi disekitarnya.

Piaget dalam Mayesty (1990:42) bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan berulang-ulang dan menimbulkan kesenangan/kepuasan bagi diri seseorang; sedangkan partner memandang kegiatan bermain sebagai sarana sosialisasi, di harapkan melalui bermain dapat memberikan kesempatan anak bereksplorasi, menemukan, mengekspresikan perasaan, berkreasi, dan belajar secara menyenangkan (Mayesty:61-62). Selain itu kegiatan bermain dapat membantu anak mengenal diri sendiri, dengan siapapun ia hidup serta lingkungan dimanapun ia hidup.

Setiap anak tentu saja sangat menikmati permainannya, tanpa terkucuali. Melalui bermain anak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan dapat menjadi lebih dewasa.

Buhler dan Danziger dalam Roger dan Sawyers(1995;95), berpendapat bahwa bermain adalah kegiatan yang menimbulakan kenikmatan; sedangkan Freud meyakini bahwa walaupun bermain tidak sama dengan berkerja tetapi anak menganggap bermain sebagai sesuatu yang serius.

Docket dan Fleer (2000:41-43) bermain merupakan kebutuhan bagi anak, karena melalui bermain anak akan memperoleh pengetahuan yang dapat mengembangkan kemampuan dirinya. Bermain merupakan suatu aktivitas yang khas dan sangat berbeda denganaktivitas lain seperti belajar dan berkerja yang selalu dilakukan dalam rangka mencapai sesuatu hasil akhir.

Vygotsky dalam Naughton (2003:46) percaya bermain membantu perkembangan kognitif anak secara langsung., tidak sekedar hasil dari perkembangan kognitf seperti yang dikemukakan oleh piaget. Ia menegaskan bahwa bermain simbolik memaionkan peran yang sangat penting dalam perkembangan berfikir abstrak. Sejak anak mulai bermain pura-pura, maka anak menjadi mampu berfikir tentang makna-makna objek yang mereka representasikan secara independen.

Berhubung dengan pembelajaran, Vygotsky dalam Naughton (2003:52) berpendapat bermain dapat menciptakan suatu zona perkembangan proximal pada anak. Dalam bermain, anak selalu berprilaku diatas usia rata-ratanya, di atas prilaku sehari-hari, dalam bermain anak dianggap ‘lebih’ dari dirinya sendiri.

Dua ciri utama bermain, yaitu pertama semua aktivitas bermain representasional menciptakan imajiner yang memungkinkan anak untuk menghadapi keinginan-keinginan yang tidak dapat direalisasikan dalam kehidupan nyata, dan kedua bermain representasional memuat aturan-aturan prilaku yang harus diikuti oleh anak untuk dapat menjalankan adegan bermain.

Irawati berpendapat bermain adalah kebutuhan semua anak, terlebih lagi bagi anak-anak yang berada direntang usia 3-6 tahun. Bermain adalah sesuatu kegiatan yang dilakukan anak-anak dengan atau tanpa mepergunakan alat yang menghasilkan pengertian dan memberikan informasi, memberikan kesenangan dan mengembangkan imajinasi anak secara spontan dan tanpa beban. Pada saat pembelajaran berlangsung hampir semua aspek perkembangan anak dapat terstimulasi dan berkembang dengan baik termasuk didalamnya perkembangan kreativitas (http://groups,yahoo.com/group /ppindia/).

Pernyataan ini sejalan dengan pernyataan Carton dan Allen (1999:21) yang mengmukakan bahwa bermain dapat memberikan pengaruh secara langsung terhadap semua area perkembangan. Anak-anak dapat mengambil kesempatan untuk belajar tentang dirinya sendiri, orang lain dan lingkungan

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here